Sabtu, Januari 3

Dukun Cyber

Sobat, ngomong-ngomong soal ramal-meramal, apalagi yang berbau horoskop so pasti bukan hal baru. Macam-macam lho bentuknya. Ada yang merujuk pada primbon yang kesebut juga ramalan jawa. Malahan ada lagi yang katanya lebih modern, seperti perbintangan berupa astrologi atau zodiac. Semuanya punya ujung serba kira-kira dan asal tebak semata. Ga ada yang pasti. Tapi masih ada aja yang punya alasan untuk percaya. Salah satunya, karena ramalan ini punya patokan. Umumnya, ramalan dikait-kaitkan dengan hari dimana saat itu kita lahir ke dunia. Bisa tanggalnya, jamnya, harinya, weton-nya atau nama rumah sakitnya. Hehe, wah itu mah bukan ngeramal mas, tapi ngira-ngira bayarnya berapa.

By the way, subway, di Jakarta ada busway, ramalan udah bukan barang baru lagi dong. Sliwar-sliwer di telinga kita, ya ga? Malahan, di zaman Tukul yang kenal laptop ini, hampir tiap hari kita bakal jumpai hal-hal yang berbau ramalan. Dan opininya selalu ditawarin ama kita. Saking canggihnya nih, sekarang dukun ga lagi nangkring di gua, atau bertapa di bawah kolong jembatan, eit salah ding, di bawah air terjun. Tapi mereka udah berani nongol di tivi. Seperti selebritis dong! Benar. Akhirnya profesi dukunisasi ini, masuk ke dunia digital dan media elektronik. Dukun-dukun pada blak-blakan ngobral jasa ramal mereka untuk menambah koceknya yang lagi kena imbas krismon. Mereka pada pamer gelar, mulai S1, S2 sampe profesor. Pengen tahu gimana contohnya mereka mempopulerkan diri? Gini potongan iklannya, “Anda tidak cocok kerja di air, anda lebih cocok di darat”. “Ngapain mbah? Tidur di tengah jalan...?”. “Bukan, karena anda buaya darat.” he...he.. familiar banget kan penggalan kalimat barusan. So pasti, itu juga upaya dari para peramal untuk mempromosikan diri, tampang dan titel mereka. Mungkin mau ngikut bursa capres kali..hehe. Nah, kalo dulu kita cuma ngelihat ramalan hanya ada di media-media cetak, sekarang ga lagi. Segala perantara informasi udah mereka akses, mulai televisi, radio, internet bahkan lewat sms-pun juga bisa. Semisal “Ketik REG Spasi dukun ngawur”, kirim ke kotak sampah terdekat.

Trus, sebagai remaja Islam, gimana sih kita menyikapi tawaran-tawaran yang berbau klenik yang semakin hari semakin membludak? Gimana juga Islam memandang dunia perdukunan? Nah Sobat, kalo pengen tahu jawabannya, jangan dilipet-lipet buat bungkus lepet. Maksud loe? Iya, baca buletin ini ampe kelar, sekalian tancepin pemahaman Islam ke otak kita. Siap...!

History of Ramalan

Ramalan ada banyak macamnya. Meski tujuannya cuma satu, yaitu ilmu kirologi alias kira-kira. Salah satu contohnya yaitu ramalan melalui horoskop. Ramalan ini membuat orang yang diramal seakan-akan mampu melihat masa depan dirinya sendiri. Dengan berdasar prediksi waktu kelahiran. Kata horoskop sendiri diserap dari bahasa Yunani, "horoskopos" yang berarti melihat jam. Penjelasannya kayak gini. Konon dulunya, melalui jam waktu kelahiran seseorang, orang-orang Yunani kuno mampu menentukan nasib dan masa depan orang tadi. Itu soal horoskop. Ada juga ramalan lain tapi juga identik. Seakan-akan mampu melihat masa depan seseorang. Patokan ini didapat dari zodiac yang dia miliki, yang sesuai dengan tanggal lahir mereka. Dari tanggal tadi, bisa ditentukan lambang zodiac antara orang yang satu dengan orang yang lain. Seperti libra, leo, sagitarius dan lain-lain. Katanya, melalui lambang tadi, terungkap pula sifat, kepribadian, plus jalan hidupnya (ramalanhoroskop/wikipedia.com). Ramalan ini dikenal dengan nama astrologi atau ilmu perbintangan. Kata astrologi, juga diambil dari sejarah Yunani. Menurut astrologi, nasib seseorang bisa diramal berdasar posisi bintang di langit. Ngomong-ngomong, astrologi sudah dikenal sejak jaman Babilonia. Sekitar 4.000 tahun yang lampau. Sedangkan saat ini, ada tiga macam astrologi yang cukup dikenal; yaitu astrologi barat (zodiac), astrologi Tionghoa (shio) dan astrologi India (Iyotisha).

Sobat, ramalan shio atau ilmu astrologi yang berasal dari Tionghoa, ga jauh beda dengan ramalan-ramalan yang lain. Sekedar pengetahuan aja, bahwa astrologi Tionghoa adalah astrologi yang tertua. Walau mereka menggunakan hewan sebagai lambang, tapi tetap ada kaitannya dengan ilmu perbintangan. Lima elemen utama dari ramalan ini adalah Venus = metal (emas), Jupiter = kayu, Mercury = air, Mars = api dan Saturn = tanah. Seni ramalan yang sesungguhnya dalam astrologi Tionghoa lebih dikenal dengan sebutan Zi Wei Dou Shu (Ramalan Bintang Ungu). Ingat ya, ini sekedar tahu aja.

Sobat, dari penjelasan tadi terungkap sudah. Kalo ilmu ramal-meramal tadi ga hanya ada di western area. Yang mengejutkan, di jazirah arab ternyata ga jauh beda. Sebelum kegemilangan Islam bermula di sana, Jazirah arab-pun sudah mengenal dan menggunakan ilmu ramalan ini ribuan tahun yang lalu. Mereka menyebutnya dengan istilah nujum atau tenun (penenun) alias tukang sihir.

Karena hampir di seluruh dunia udah kenal dengan apa yang namanya ramalan ribuan tahun silam, maka di negeri kita juga terkena imbasnya. Eit, kayak bursa efek aja. Bahkan, ilmu ramalan dengan kitab primbon serta buku-buku pedoman ramalan yang lain, sampe sekarang tetap dilestarikan. Malahan udah merambah dunia digital dan cyber. Sayang seribu sayang, dengan perkembangan zaman yang udah modern, dan Al Qur’an yang udah komplit, penduduk negeri kita masih buanyak aja yang percaya ama perkiraan yang muncul dari ramalan ini. Ck..ck..ck. Padahal kalo kita percaya ama konsep serba kira-kira dalam astrologi dan horoskop, jelas syirik lho. Alias menyekutukan Allah SWT. Dan yang sangat kita takutkan, dosa karena syirik, ga bakal bisa diampuni selamanya. Jelas ini sebuah problem yang sangat besar. Karena iman alias aqidah umat udah terancam.

Trus kita kudu gimana? Katanya beriman pada Allah, percaya ama takdir, lha kenapa masih aja manteng ke ramalan? Ada yang bilang, “Kita ga percaya ama zodiac kok, kita cuma sekedar baca aja. Asyik lho” Selain itu ada lagi yang ngomong, “Lho ramalan kan ga salah, kita kan mengantisipasi segala kemungkinan yang buruk, supaya ga terjadi.” Oke, stop-stop. Saatnya kita menjelaskan hukumnya dengan sedetail yang kita bisa, supaya ga ada lagi keraguan akan hukumnya. Oke deh…lanjut bacanya ya…

Ramal-meramal dalam Islam

“Dan (Dia ciptakan) tanda-tanda (penunjuk jalan). Dan dengan bintang-bintang itulah mereka (mendapat petunjuk).” (QS. An Nahl : 16)

Sesuatu yang masih mentah dan kotor ga bakalan mau kita makan. Bikin sakit. Demikian juga dengan informasi yang masih mentah dan kotor. Tanpa disaring dan dipikir matang dulu, jiwa kita juga bisa sakit. Kita bakal salah memahami sesuatu, malahan kita bisa memvonis yang benar itu salah dan yang salah itu betul. Yang lebih parah lagi, kalo pintu hati kita udah ketutup. Jangankan perkataan para ulama, Hadits bahkan Al-Qura’n-pun ga bakal mau kita terima dengan lapang dada.

Coba hayo.., apa yang dapat kita serap dari ayat diatas tadi? Kalo kita ngambil mentah-mentah, pasti kita akan berargumen kalo ramalan bintang alias zodiac itu boleh-boleh saja. Malah kudu dilaksanain. Soalnya ayat tadi menyebutkan seperti itu. Hus...tunggu dulu fren...jangan asbun dong. Ayat tersebut memiliki maksud agar manusia mengetahui arah jalan bukan masa depan dengan mengetahui letak bintang-bintang yang bertaburan di langit. Masih ingat dong ama pelajaran Geografi. Seperti rasi bintang biduk untuk petunjuk arah utara dan rasi bintang pari sebagai pedoman arah selatan. Ayat tadi bukan untuk mempercayai ramalan melalui bintang maupun shio. Lagipula, banyak Hadits Rasulullah SAW yang mengharamkan dan melarang mempelajari ilmu nujum (perbintangan) dengan tujuan yang dilarang syariat. Salah satunya, “Barangsiapa mempelajari satu cabang dari cabang ilmu nujum (perbintangan) sungguh ia telah mempelajari satu cabang ilmu sihir … .” (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Majah dari Ibnu Abbas).

Tuh kan, mempelajarinya aja ga boleh, apalagi kita yang minta diramal. Jelas-jelas lebih ga boleh dong. Banyak juga dalil yang menjelaskan pelarangan tersebut seperti firman Allah SWT, “(Dia adalah Rabb) Yang mengetahui yang ghaib. Maka Dia tidak memperlihatkan kepada seseorang pun tentang yang ghaib itu kecuali kepada Rasul yang diridlai-Nya. Maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (Malaikat) di muka bumi dan di belakangnya.” (QS. Al Jin : 26-27)

Begitu juga di dalam sabda Rasulullah yang berbunyi, “Barangsiapa yang mendatangi dukun dan menanyakan tentang sesuatu lalu membenarkannya, maka tidak diterima shalatnya 40 malam.” (HR. Muslim dari sebagian istri Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam). Masih kurang? Nih ada lagi.., “Barangsiapa yang mendatangi dukun (peramal) dan membenarkan apa yang dikatakannya, sungguh ia telah ingkar (kufur) dengan apa yang dibawa Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam.” (HR. Abu Dawud)

Ga hanya itu. Karena semakin maraknya tayangan televisi maupun siaran radio yang menawarkan ramalan, MUI pun ngerasa kudu turun tangan. Ketua MUI Pusat KH. Ma’ruf Amin mengeluarkan fatwa haramnya siaran televisi yang mempublikasikan ramalan dan hal gaib. ”Acara ramalan dan setan yang banyak di tv termasuk haram karena menyesatkan bagi umat.” Ujar KH. Ma’ruf Amin (TEMPO Interaktif). Ga cukup hanya di pusat, Ketua MUI Pekanbaru Bapak Ilyas Huspi mengatakan, ”Dalam Al Quran sangat jelas sekali bahwa mempercayai ramalan hukumnya syrik. Jadi umat Islam jangan terpengaruh dengan berbagai upaya ramalan seseorang, termasuk ramalan Mama Lauren itu. Itu jelas ramalan yang menyesatkan sekaligus sebagai bentuk upaya pendangkalan akidah kita,” bahkan beliau membentuk Tim Sadarkan Warga Percaya Ramalan. (detiknews.com)

Nah loh! jika kita sudah jelas kan gimana pandangan Islam tentang hal-hal yang berbau klenik. Pasti sekarang kita udah tahu jawabannya, karena sudah banyak dalil yang menjelaskan keharaman ramal-meramal tersebut. Hanya saja sampai sejauh mana, keimanan kita untuk ngebendung arus ramalisme.

Ingat Fren..

Sobat kita di ciptakan oleh Allah SWT sebagai makhluk ciptaan yang selalu tergantung padaNya. Maka wajib bagi kita untuk memposisikan diri kita dihadapan Allah SWT sebagai hamba bukan sebagai penentangnya. Ramalan, apapun bentuknya. Akan bernilai dosa dalam pandangan Islam. So, jauhi dan hindari. Dengan kata lain kita kudu menjalankan segala apa yang diperintahkan-Nya, dan meninggalkan segala sesuatu yang diharamkan-Nya. Jangan lupa, kita juga harus terus berusaha mempelajari Islam dan menyebarluaskannya dengan dakwah. Mulai kapan? Sekarang dong...Sampai kapan? Hingga ajal menjemput kita. (bang)

0 komentar: