Kamis, September 4

Menulis Resensi, Belajar Mengkritisi

bukusaft10.jpgKata orang, jadi tukang kritik itu menyebalkan. Belum lagi kalo cuma “omdo”. Tahu kan yang saya maksud? He..he.. iya, maksudnya omong doang. Hmm… kalo itu yang dimaksud, memang menyebalkan ya? Sebab, kalo bisanya cuma menyalahkan tapi nggak bisa berargumentasi, cocok diberi gelar “omdo”. Kenneth Taylor pernah bilang bahwa seorang kritikus itu, seperti seseorang yang tahu jalan tapi tidak pandai mengemudikan mobil. Nah lho. Padahal, nggak selalu kan ya? Justru menjadi kritikus itu adalah untuk memberi point plus-minus kepada sesuatu berdasarkan pengamatan dan penilaian yang bisa dipertanggung-jawabkan. Betul?

Sobat muda muslim, kalo ingin belajar melihat buku dengan objektif, dan kita ingin menjelaskan kepada orang lain tentang isi buku tersebut, cocok banget kalo kita belajar meresensi buku. Resensi? Apaan tuh?

Resensi itu asal katanya dari bahasa negerinya Ruud van Nistelrooy (dari kata recensie). Dalam bahasa Inggris, kamu bisa dapetin padanan katanya dengan istilah review (ini juga berasal dari bahasa Latin: revidere; re “kembali”, videre “melihat”). Dalam bahasa Indonesia, kita suka mengenal istilah timbangan buku, tinjauan buku, pembicaraan buku, belakangan muncul istilah populer: bedah buku. Sebenarnya meresensi nggak terbatas pada buku (baik fiksi dan nonfiksi) aja lho. Pementasan seni seperti film, sinetron, tari, drama, musik, atau kaset dan VCD juga bisa kita kupas abis isinya. Nggak hanya itu, resensi juga bisa dilakukan untuk pemeran seni macam seni lukis dan seni patung. Oke deh, itu cuma sekilas info soal asal mula kata resensi. Moga kamu makin ngeh dengan penjelasan ini.

Nah, sebagai salah satu komoditi dari menulis, meresensi adalah pekerjaan yang menyenangkan. Suer. Kagak bohong. Jika kamu berhasil meresensi sebuah buku bermutu. Maka, selain kamu bisa membaca dan menilai buku itu secara luar-dalam, kamu juga jadi dapat wawasan baru. Dan tentunya berkah baru. Berkah? Benar. Jika hasil resensi kita tentang suatu buku bagus dan dimuat di media massa, maka penerbit yang baik hati akan memberimu bingkisan. Mulai dari buku-buku baru, juga ada yang rela ngasih uang saku. Walah, uenak tenaan rek!

Itu sebabnya, sebagai sebuah keterampilan, meresensi buku juga bisa kamu geluti. Mungkin ada yang belum bisa gimana caranya meresensi buku. Coba tunjuk jari bagi kamu yang belum bisa meresensi buku. Oke deh, biar â€کadil’, saya akan ngasih sedikit tip hasil gabungan antara teori dan praktik berdasarkan pengalaman saya. BTW, gini-gini juga saya sering ngerensi buku lho.. (pede abis bo!) J

Omong-omong, apa sih tujuan utama kita meresensi?

  1. Memberikan informasi atau pemahaman yang komprehensif (menyeluruh) tentang apa yang tampak dan terungkap dalam sebuah produk (buku, kaset, film, sinetron dan sejenisnya yang udah saya sebutkan di atas).
  2. Mengajak pembaca untuk memikirkan, merenungkan, dan mendiskusikan lebih jauh fenomena atau problema yang muncul dalam sebuah produk.
  3. Memberikan pertimbangan kepada pembaca apakah sebuah produk pantas mendapat sambutan masyarakat atau malah sambitan? J
  4. Menjawab pertanyaan yang (mungkin) muncul jika seseorang melihat produk yang baru diluncurkan (diterbitkan), seperti: (selain buku, sesuaikan dengan kategorinya)
    1. Siapa pengarangnya? (kalo film/sinetron/drama; siapa sutradara dan para pemainnya? Untuk seni luksi; siapa pelukisnya?).
    2. Mengapa ia menulis buku tersebut?
    3. Apa pernyataannya?
    4. Bagaimana hubungannya dengan buku-buku sejenis karya pengarang yang sama?
    5. Bagaimana hubungannya dengan buku-buku sejenis yang dihasilkan pengarang-pengarang lain?
  5. Untuk segolongan pembaca resensi yang:
    1. Membaca agar mendapatkan bimbingan dalam memilih-milih buku tersebut.
    2. Setelah membaca resensi produk berminat untuk membaca atau mencocokkan seperti apa yang ditulis dalam resensi.
    3. Tidak ada waktu untuk membaca buku kemudian mengandalkan resensi sebagai sumber informasi.

Nah, di sinilah kalo kita menulis sebuah resensi akan membantu teman-teman yang

Barangkali nggak punya waktu untuk memperhatikan buku, film, sinetron, dan sejenisnya jadi terbantu untuk mendapatkan sumber informasinya dari sebuah resensi. Asyik nggak bisa bantu orang?

Oya sebelum kamu â€کnekatz’ meresensi sebuah produk, katakanlah buku, paling nggak kamu udah memahami dasar-dasar meresensinya. Mau tahu? Silakan catet di bawah ini:

  1. Sebagai pereseni, kamu kudu memahami betul tujuan si pengarang buku tersebut. Untuk mengetahuinya, baca deh kata pengantar dari si penulis, biasanya di situ ada uraian singkat tentang latar belakang penulisan bukunya. Terus, kamu bisa lihat, bener nggak dengan apa yang ditulisnya itu dengan isi buku. Caranya? Kamu kudu menbaca seluruh bagian dari buku tersebut.
  2. Sebagai peresnsi, kamu menyadari sepenuhnya tujuan meresensi karena sangat menentukan corak resensi yang akan dibuat.
  3. Kamu juga dituntut untuk paham betul dengan latar belakang pembaca yang menjadi sasaranmu: selera, pendidikan, status sosial, dsb. Itu sebabnya, resensi pada setiap media massa nggak selalu sama gaya bahasanya. Jadi, jangan sampe ngirim naskah resensi kepada media dewasa, tapi malah menggunakan gaya bahasa remaja. Jadi tulalit kan nantinya?
  4. Sebagai peresensi, kamu tentunya kudu paham dengan visi dan misi setiap media massa. Tujuannya, supaya kita tahu harus dikirim ke mana jika naskahnya adalah begini dan begitu. Jadi jangan sampe tulalit lagi ya? Bener. Soalnya kasihan banget kan, ngirim ke media massa yang anti Islam, eh, malah ngirimin resensi tentang buku Islam, itu namanya siap dicuekkin. Atau salah sasaran seperti meresensi buku tentang beternak lele dumbo tapi dikirim ke media massa khusus politik. Dikacangin deh. Emang enak? J

Oke deh, kita ambil contoh buku untuk diresensi (untuk mersensi film, sinetron, seni lukis, kaset, VCD dan sejenisnya bisa menyesuaikan sendiri ya?). Yup, sekarang apa persiapan yang kudu disusun sebelum merensi or membedah buku? Langkah awal, jelas kamu kudu memilih dulu bukuyang kiranya pantas untuk diresensi. Kamu pilih buku yang kira-kira menarik untuk disampaikan informasi tentang isinya kepada khalayak. Langkah-langkah yang bisa kamu lakukan adalah sebagai berikut:

  1. Mengenali atau menjajaki buku yang akan kamu resensi.
    1. Mulai dari tema buku yang diresensi, disertai deskripsi (penggambaran) isi buku.
    2. Siap penerbit yang menerbitkan buku itu, kapan dan di mana diterbitkan, tebal (jumlah bab dan halaman), fromat (ukurannya), hingga harga.
    3. Siapa pengarangnya: nama, latar belakang pendidikan, reputasi dan prestasi, buku atau karya apa saja yang ditulis hingga mengapa ia sampe nulis buku itu. Jadi cerita singkat tentang pengarangnya.
    4. Buku tersebut termasuk golongan buku yang mana: ekonomi, politik, hukum, agama, pendidikan, filsafat, sosiologi, psikologi dan sejenisnya.
  2. Membaca buku yang akan diresensi secara komfrehensif, cermat dan kunti (baca: tekun dan teliti). Pokoknya seditil-detilnya. Jangan sampe ada yang keliru. Malu dong kalo sampe keliru memberi komentar.
  3. Menandai bagian buku yang akan dijadikan sebagai kutipan dalam resensimu. Biasanya point-point yang menarik dari buku tersebut.
  4. Membuat sinopsis atau intisari dari buku yang akan kamu resensi.
  5. Menentukan sikap kamu sebagai perensi dengan menilai hal-hal berikut:
    1. Kerangka atau organisasi tulisan; bagaimana hubungan antar bagian, bagaimana sistematikanya, juga seperti apa dinamikanya.
    2. Isi pernyataan: bagaimana bobot idenya, bagaimana analisnya, bagaimana penyajian datanya, dan bagaimana kreativitas pemikirannya.
    3. Bahasa: bagaimana penerapan EYD-nya, bagaimana kalimat dan penggunaan katanya (terutama untuk buku ilmiah). Gaya bahasanya enak dibaca apa nggak, susah dipahami atau mudah dipahami.
    4. Aspek teknis: bagaimana tata letak, bagaimana desain sampulnya, kerapian dan sejenisnya dari buku itu.
  6. Mengoreksi dan merevisi hasil resensi dengan menggunakan dasar-dasar dan kriteria yang udah kita tentukan sebelumnya.

Nah, untuk film dan sinetron dalam penilaianmu bisa dibidik; skenarionya, alur ceritanya enak apa nggak (misalnya melompat-lompat apa mengalir enak), bagaimana dengan dialog-doalog di ceritanya tersebut, bagaimana akting dari para pemainnya, tata suara, tata gambar, dan latarnya bagus apa nggak. Wah, pokoknya kamu ulik deh segala detil yang ada di film tersebut.

Biar hasil resensi kita menarik, buatlah judul yang oke punya. Tentang judul, sebetulnya bisa mengacu kepada tip sebelumnya. Yakni pastikan judulnya menarik. Jadi, saya nggak usah bahas secara detil lagi ya? Oke?

Sobat muda muslim, saya masih sedikit lagi tip singkat untuk meresensi buku. Biasanya, setiap penulis suka kesulitan dalam memulai pembukaan tulisannya. Benar? Nah, untuk meresensi buku, bisa dengan kata-kata pembukaan sebagai berikut:

1. Bercerita tentang pengarangnya. Kamu bisa nulis begini: “Prof. Pulan bin Pulan sangat sangat akurat sekali menyajikan hasil penelitiannya. Ini sungguh sangat menggemparkan. Hasil kajiannya tentang atom ini mendapat sambutan dari berbagai kalangan…. dst …dst..”

2. Cerita tentang kekhasan sang pengarang. Kamu boleh juag menuliskan seperti ini: “Ciri khas Sdr. Ahmad dalam membuat buku adalah dengan judul-judul yang menghentak, bahkan terkesan sangat provokatif sekali. Buku-buku sebelumnya juga sudah sukses terjual dan masuk best seller… bla..bla..”

3. Menulis tentang keunikan bukunya. Boleh-boleh saja kamu menulis, “Sangat luar biasa, dengan ukuran buku saku yang ditulisnya ini, Mahmud berhasil menuangkan gagasannya yang besar dengan simple dan mudah dimengerti. Ia memanfaatkan keterbatasan ukuran buku saku itu dengan menuliskan seluruh pengalamannya dengan singkat dan padat, dan tetunya bermakna… dst..dst…”

4. Tentang tema buku. Untuk urusan ini, kamu boleh-boleh aja nulisnya begini, “Tema cinta selalu menarik untuk dibicarakan dan dituliskan. Bahkan sejak lama film, novel, cerpen, dan juga lagu tentang cinta melenggang dengan manis berkisah tentang cinta. Mengasyikan…. dst..”

5. Kelemahan buku. He..he.. nggak ada salahnya kamu langsung menuding dengan menuliskan, “Jelek sekali buku ini. Bukan hanya judulnya yang tak menarik, isinya pun membuat kita kurang bergairah membacanya. Meski ada data menarik di sana-sini, tapi itu sudah usang!.. dst…”

6. Kesan terhadap buku. Silakan menulis seperti ini, “Jangan anggap enteng hasil investigasi wartawan muda enerjik ini. Reportasenya tajam dengan gaya bertutur yang sangat enak dibaca… dst..dst..”

7. Penerbit buku. Jangan ragu menuliskan seperti ini, “Setelah menerbitkan buku kumpulan cerpennya yang menjadi best sellers ini, penerbit ABCD kembali meluncurkan novel terbarunya yang menghentak dari penulis mdua berbakatnya… bla…bla…”

8. Memulai dengan pertanyaan. Kamu boleh kok menulis, “Kamu suka memasak? Nggak ada salahnya untuk belajar membuat menu menarik yang terangkum dalam buku saku tentang tip memasak ini.. dst…”

Nah, setelah membuat pembukaan tulisan, kamu perlu membuat isi dan penutup resensi kan? Untuk â€کtubuh; resensi kamu bisa cerita tentang isi buku tersebut. Ambil kutipan seperlunya. Jangan terlalu banyak. Karena terlalu banyak, itu namanya memindahkan buku tersebut. Jadi, hati-hati. Dan ingat lho. Setiap media massa biasanya menyediakan ruangan yang sangat terbatas untuk sebuah kolom resensi. Cukup kamu cerita tentang kelebihan dan kekurangan buku tersebut. Gaya bahasanya, ejaanya, cara penulis tersebut menuturkan maksudnya dan lain sebagainya. Kemudian untuk mengakhir tulisan resensi, bisa kamu simpulkan dengan memberi ketegasan. Untuk siapa buku tersebut â€کwajib’ dibaca, bagaimana sikapmu terhadap isi buku itu; mendukung atau menolak, sampe menyarankan untuk ini dan itu kepada pembaca.

Intinya sih, supaya pembaca bisa menimbang-nimbang apakah akan membeli buku itu, atau malah memilih memasukkan uangnya ke tabungan. Itu terserah pembaca, tapi kamu kudu pembuat keputusan sesuai dengan pengamatan dan penilaian kamu. Subjektif memang. Tapi nggak masalah dan jangan takut selama yang kamu sampaikan benar adanya. Nggak ngarang dan memang kenyataannya seperti itu.

Sobat muda muslim, kalo saya membuat resensi biasanya berkaitan dengan kepentingan umat. Kebetulan aja sih gabung di sebuah majalah remja Islam, jadinya selalu membela Islam dong. Saya pernah meresensi kaset, film, sinetron, juga buku. Semua itu dinilai dengan sudut pandang Islam (penjelasan ini lihat tip: Tentang Subjektif dan Objektif).

Oke deh, siapkan energimu untuk menulis resensi. Kritis boleh, asal jangan “omdo”. Ayo kamu bisa menjadi perensi ulung. Menulis itu memang menyenangkan. Benar-benar menyenangkan. Sebagai bantuan, silakan baca tulisan resensi yang dibuat sama orang lain. Itu sangat membantu kamu untuk nyari inspirasi. Siap? Harus dong..! [O. Solihin]

Mari Menulis Biografi

technical_writing-11.jpgMenulis biografi seperti kita mencveritakan tentang riwayat hidup. Bisa diri sendiri (otobiografi), bisa juga kita menuliskan untuk orang lain. Jadi penulis biografi nggak sulit kok. Ini hanya semacam komoditi dari menulis, seperti halnya puisi, cerpen, novel, atau juga artikel. Semua itu hanya jenis komoditi yang bisa kita jual kepada pembaca. Meski hampir sama dalam teknik dasar penulisannya, saya akan memberikan tip khusus yang berkaitan dengan menulis biografi (termasuk di dalamnya otobiografi). Karena biografi memuat semacam kisah hidup seseorang, maka tentunya bahan yang digunakan semuanya berasal dari ucapan, pikiran, dan tindakan orang tersebut. Boleh dibilang biografi ini memawakili siapa sosok yang ditulis tersebut. Kita bisa mengenal lebih dekat tokoh yang ditulis biografinya. Apalagi orang tersebut adalah orbek macam Ir. Soekarno, Mohammad Hatta dan kawan-kawannya. Tokoh Islam lainnya juga bisa kita buat seperti kisah hidup Abu Bakkar as-Shiddiq, Umar bin Khaththab, Usma bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Umar bin Abdul Aziz dan seterusnya. Ada banyak. Mungkin puluhan ribu tokoh Islam yag bisa ditulis kembali biografinya.

Jaman sekarang juga boleh kalo mau bikin biografi. Nggak ada yang larang kok. Ramadhan KH, bapaknya Gilang Ramadhan yang drumer itu, adalah spesialis penulis biografi. Banyak orang beken di negeri ini yang mempercayakan otobiografinya ditulis oleh beliau. Sebab, tidak selamanya seseorang mampu menulis ulang sejarah hidupnya sendiri. Jadi, nggak ada pintu penghalang bagi para penulis biografi untuk meniti karir di jalur ini. Emang sih, paling enak adalah menulis sendiri tentang diri kita. Kalo belum terkenal, ya, siapa tahu jadi ngetop gara-gara otobiografinya banyak diminati pembaca. Siapa tahu kan?

Nah, sekarang saya akan ngasih beberapa tip yang bisa kamu lakukan untuk menulis sebuah biografi dan otobiografi. Pertama, kenalilah siapa kamu atau seseorang yang akan kamu tulis biografinya. Di sini bisa dieksplorasi tentang kehidupan kamu atau orang yang akan ditulis biografinya. Bentuk fisik, bisa kamu ceritakan juga. Apakah pendek, sedang, atau jangkung. Bentuk hidung, telinga, kaki, tangan, kepala, alis, warna rambut, kumis, jenggot, wajah, mulut, bibir, gigi, dada, warna kulit. Wis, pokoke semua yang ada di tubuhmu or orang yang akan kamu buatkan biogarfinya. Ini penting, untuk memberikan gambaran (kalo bisa seutuhnya) kepada pembaca.

Masalah emosional kamu atau orang yang akan kamu buatkan biografinya, menarik juga untuk diungkap. Kasih sayang, empati, rasa cinta, sentimentil, ceria, penuh pengertian, kepedulian, marah-sedih-gembira. Hubungan dengan teman-teman, keluarga, dan juga orang-orang terdekat lainnya. Ungkap sebanyak-banyaknya. Siapa tahu memang akan memperkaya tulisan biografi atau otobiografi.

Mengenali diri juga bisa dipreteli dari profesional (pekerjaan) kamu atau orang yang akan kamu tulis biografinya. Kehidupan kerja juga sangat membantu untuk menumbuhkan pembaca dalam mengenali kamu atau orang yang kamu buatkan biogarfinya. Jenis pekerjaannya, bagaimana dengan semangat, disiplin, dan dedikasinya, juga bisa diungkap apakah kamu atau orang yang kamu buatkan biografinya itu mencintai pekerjaannya, atau bahkan membanggakan pekerjaannya. Nah, ini kesempatan buat kamu untuk melukiskan, menghadirkannya kembali, dan melestarikannya untuk masa depan. Siapa tahu jadi inspirasi orang lain untuk mengikutinya, atau sekadar menghargai pekerjaan yang kamu geluti dan cintai, serta kamu banggakan. Pokoknya, mengasyikan deh.

Oya, boleh juga tuh masalah filosofis kamu or orang yang kamu buatkan biografinya ditulis juga. Nah, karena biografi atau otobiografi itu ditulis saat yang bersangkutan udah punya umur, maka filosofis yang diangkatkan adalah yang pernah menjadi bagain dari hidupnya selama ini. Singkatnya, apa prinsip-prinsip dalam kehidupannya yang paling berharga dari kamu atau orang yang kamu buatkan biografinya. Misalnya, tentang keyakinan, tentang cita-cita yang bisa menuntun menjalani kehidupan ini, juga tentang pelajaran apa yang bsia ditarik dari kehidupan yang pernah dialami. Hmm.. itu penting lho. Sebab, bisa dijadikan cermin bagi generasi setelahmu, dan juga keluarga dan teman dekat kamu. Memang nggak mudah, karena kita kudu jujur menuliskannya. Itu sebabnya, ini mirip buku harian, cuma udah dikembangkan aja. Jadi, silakan amalkan langkah pertama dalam membuat biografi atau otobiografi ini.

Langkah kedua, tentang asal-usul kamu, atau orang yang kamu tulis biografinya. Apakah ia terlahir dari keluarga yang harmonis atau malah berantakan, keluarga biasa, keluarga bangsawan atau ningrat, termasuk mungkin kelurga sederhana, rakyat jelata. Kalo mau nakal dikit; kamu bisa nulis bahwa mungkin juga terlahir dari keluarga penjahat dan sejenisnya.

Kemudian, apakah kamu atau orang yang kamu buatkan biografinya itu lahir sebagai anak kandung, anak tiri, atau tidak keduanya; misalnya dapet nemu di tempat sampah. Itu semua harus bisa kamu jelaskan kepada pembaca. Sebab, boleh jadi pembaca akan mengambil semacam hikmah dari kisah hidup seperti itu. Menarik bukan? Ceritakan juga bagaimana ortu kamu atau ortu dari orang yang kamu buatkan biografinya. Sejarah keluarga itu perlu. Bahkan mungkin secara medis ada hubungannya nanti dengan penyakit turunan yang diderita. Siapa kakek kita, siapa nenek kita, bagaimana hubungannya dengan keluarga. Wah, pokoknya di sini kamu bisa eksplorasi sekuat-kuatnya dan sebanyak-banyaknya. Bila perlu sampe detil deh.

Langkah ketiga, di mana kamu atau orang yang kamu buatkan biografinya dilahirkan. Ini akan memperkaya sumber data untuk menulis biografi. Tahun berapa, terus bagaimana kondisi tempat atau ada peristiwa apa saat kamu dilahirkan. Kayak Rasullullah kan dilahirkan tahun gajah, dan waktu itu ada serang pasukan Abrahah ke Ka’bah. Ya, model-model begitulah. Kayak di lagu Bang Iwan Fals, Galang Rambu Anarki, “Lahir awal Januari, menjelang pemilu, dan ditandai dengan BBM melambung tinggi”. Wah, untuk itu, kamu bisa menanyakan kepada ortu atau orang-orang terdekat tentang kondisi atau peristiwa saat kamu dilahirkan. Bisa jadi kan suatu saat ada orang menulis biografinya bahwa ia lahir di hutan saat ibunya menghindari kejaran perampok atau sedang mengungsi karena perang. Wah, banyak deh yang bisa â€کdiutak-atik’. Pokoknya sedetil-detilnya; hari apa dilahirkan, tanggal berapa, pukul berapa, dibantu dukun beranak, bidan, atau dokter, atau malah nggak dibantu siapa pun. Oke deh, sebanyak mungkin bisa kamu gali dan ceritakan kembali pengalaman yang kamu miliki.

Langkah keempat, ceritakan tentang kehidupan masa kecilmu atau orang yang kamu buatkan biografinya. Wuih, lucu banget tuh. Apakah nakal, pendiam, lincah, â€کmanusia dinamo’ alias hiperaktif, baik hati sama teman, lucu, dsb. Bisa juga dituliskan, apakah bahagia atau malah sengsara di masa kanak-kanak. Kapan bisa bicara, kapan bisa jalan, kapan sekolah di taman kanak-kanak, usia berapa masuk SD, bagaimana teman-teman waktu kecil, siapa saja dia, mainan apa yang paling disukai, nama kecilmu siapa, film kartun apa yang paling disukai, pelajaran apa yang menyenangkan, apakah bisa nyanyi, pinter nggak di sekolah, sekolahnya jauh nggak dari rumah, jalan kaki atau naik kendaraan; sepeda, sepeda motor, truk pasir, bis, atau malah dianter ayah pake mobil pribadi, dst. Kalo kamu lupa, bisa tanya sama ortu. Okeh?

Langkah kelima, tentang sekolahmu. Nah, ini penting juga lho. Masa-masa sekolah memang mengasyikan dan menyenangkan. Kamu bisa nulis atau tuliskan pengalaman orang yang kamu buatkan biografinya tentang pengalamannya mulai SD sampe SMP. Pengalaman saat pertama kali pergi ke sekolah, bertemu kawan-kawan, pertama kali berhadapan dengan guru, pertama kali belajar membaca, kisah-kisah unik di sekolah, sering distrap atau justru murid teladan. Suka bolos nggak, pernah kabur dari sekolah nggak, pernah minggat dari rumah nggak, bagaimana sikap ortu kamu saat kamu nakal, dsb. Ceritakan semuanya.

Terus eksplorasi juga sisi unik lainnya. Misalnya, anak-anak kan sering melihat realitas sesuai daya nalarnya. Kadang polos malah. Misalnya, kebingungan saat ibu guru menjelaskan; “Roma itu tidak dibangun dalam satu hari”. Tersu kita kepikiran dengan paman Romi. Berarti kalo dia dibangunkan nggak cukup sehari? Lucu dan polos, tapi itulah anak-anak. Kamu bisa mengeksplorasi banyak kisah waktu di masa itu. Seandanya saja kamu sejak dulu udah bikin buku harian, kayaknya bisa terekam dan amat berharga di masa depan. Bolehlah dari sekarang minta adik kita menuliskan seluruh pengalaman unik dan menariknya dalam sebuah buku harian. Siapa tahu nanti dia akan menuangkan seluruh kenangannya dalam biografi yang ditulisnya. Pelajaran yang amat berharga tentunya.

Keenam, bagaimana kehidupan menuju dewasa. Kamu atau orang yang kamu buatkan biografinya bisa mengungkapkan sedetil-detilnya kehidupannya menuju dewasa. Pengalaman apa saja yang menarik, apakah pernah merokok, kalo anak cewek bagaimana kejadian saat mulai dewasa, apakah suka memakai lipstik punya ibu, mematut-matut diri di depan cermin dengan pakaian dan perlengkapan wanita lainnya yang dimiliki ibu. Terus, buku apa yang menjadi favorit untuk dibaca; novel, cerpen, puisi, agama, komik, atau malah buku berat? Tulislah sedetilnya.

Bolehlah ditulis juga tentang perubahan pola pikir setelah membaca buku-buku tertentu. Bagaimana nuansa keberagamaanmu, peristiwa apa yang menarik saat di sekolah atau di lingkungan sekitar, ada pengaruhnya nggak buat kehidupanmu, bagaimana dengan persahabatan, akademik, dsb. Siapa pula teman sejati kamu, siapa saja yang telah ikut mengantarkanmu menuju dewasa, siapa yang berpengaruh dalam perjalanan hidup dan karirmu. Semua bisa kamu ceritakan, kok. Kalem aja. Tul nggak?

Ketujuh, tentang cinta. Ini juga berarti menulis tentang kehidupan rahasia cinta kamu. Kapan jatuh cinta, dengan siapa, apakah salah-tingkah, atau justru agre, bagaimana dengan prestasi belajarl, bagaimana sikap ortu. Kapan berani menyatakan cinta, kapan khitbah, ceritakan juga tentang pernikahan, kapan, di mana, siapa nama pasangan kamu. Gimana rasanya? Pokoknya, cerita semua tentang cinta.

Kedelapan, ceritakan juga tentang anak-anak. He..he..he… kamu yang masih remaja mah, belum punya ya? Tapi nggak apa-apa, siapa tahu kamu ketiban rejeki diminta menulis biografi orang terkenal dan udah sepuh. Kamu bisa memakain tip ini. Tul nggak? (backsound: asyik ane dibelain, padahal mah lagi demen ngejomblo. Watau!)

Tentang anak-anak bisa diceritakan gimana rasanya menunggu kelahiran anak pertama. Tentang lucu, lincah, dan energiknya anak-anak. Sering atau pernah nganter anak ke dokter, gimana reaksi mereka, apa sakitnya, bagaimana pertumbuhannya. Pokoknya, ceritaain semua hal yang berkaitan dengan anak-anak kamu atau orang yang kamu buatkan biografinya.

Intinya, menulis biografi atau otobiografi, saya katakan sekali lagi, itu adalah keterampilan merangkai semua peristiwa kehidupan kita sedetil-detilnya dalam rangkaian kata dan kalimat yang menarik dan memancing pembaca untuk tetap melanjutkan bacaannya. Iya deh, menulis biografi seperti sedang menulis novel ukuran â€کraksasa’. Dan uniknya, itu adalah kisah sejati kita. Kisah nyata. Oke, pengen lebih lengkap tentang menulis biografi atau otobiografi, silakan pelototin langsung buku-buku tentang biografi atau otobiografi orbek yang udah beredar banyak di pasaran. Tujuannya, tentu sebagai perbandingan aja. Kita cermati, dan kita tulis dan kembangkan kisah kita hasil inspirasi dari buku tersebut dengan gaya bahasa kita sendiri. Yuk, kita coba tip ini. Siapa tahu nanti ujug-ujug ada yang meminta jasamu untuk menuliskan biografinya. Misalnya kepala sekolahmu. Asyik dan menyenangkan lho… [O. Solihin]

Menulis Fiksi, Mengasah Kepekaan

writing450.jpgBang Arswendo Atmowiloto pernah bikin buku yang laris di tahun 80-an, judulnya cukup menghentak: “Mengarang Itu Gampang”. Bukan saja judulnya yang menarik, tetapi isinya juga mewakili sebagai modal untuk menjadi pengarang jempolan. Menulis fiksi memang asyik. Kita bisa menembus pagar imajinasi kita. Bahkan di sinilah kepekaan itu diasah dengan polesan pilihan kata yang oke punya. Orang sering bilang, bahwa menulis fiksi erat kaitannya dengan dunia sastra yang terkenal sering mengobral kata-kata indah. Nggak ada salahnya sih kita membuat tulisan berjenis ini. Dalam kondisi tertentu justru ini diperlukan untuk membangkitkan kesadaran seseorang dalam tahap awal. Cerpen dan novel remaja bersetting islami sekarang sedang laris di pasaran. Hal itu, selain menunjukkan minat baca yang lumayan tinggi, juga mulai tumbuh kesadaran remaja (sebagai pembaca utama) akan Islam. Sebab, kita nggak menafikan bahwa banyak juga kalangan remaja tertentu yang justru tersentuh dengan Islam lewat sebuah cerpen atau novel islami. Itu sebabnya, perkembangan larisnya novel dan cerpen islami menjadi sebuah fenomena yang perlu dipertahankan dan terus dikembangkan. Tentu, ini untuk menunjang langkah syiar Islam bagi kalangan tertentu.

Sobat muda, menulis fiksi tidaklah sulit. Yakin saja, jika kamu punya minat besar untuk menjadi penulis fiksi, selalu ada jalan ke arah sana. Nah, sekarang saya mau ngasih sedikit tip buat kamu. Saya modifikasi dari berbagai sumber supaya kamu termotivasi untuk membuat tulisan berjenis ini. Apa saja sih persiapannya?

Nggak banyak dan nggak berat. Sebab, menulis fiksi kadang seperti menulis perjalanan hidup pribadi kita. Bahkan sangat boleh jadi hasil kreasi antara sedikit fakta dan khayalan kita. Selama itu sesuai dengan ajaran Islam yang kita pegang, sah-sah saja, kok.

Waktu SD dulu, kita pernah belajar mengarang kan? Nah, jadikan itu sebagai modal. Atau ada di antara kamu yang udah lupa pelajaran itu? Oke deh, kalo saya sendiri kebetulan masih ingat tentang tugas dari pak guru bahasa Indonesa untuk mengarang perjalanan saat liburan. Sayang banget, waktu itu saya nggak terlalu serius dalam mempelajarinya. Tapi bagi mereka yang kebetulan berminat di bidang itu, biasanya langsung nyetel. Contohnya La Rose. Kenal, atau minimal pernah dengar nama ini? Yup, penulis wanita yang mengaku sangat terkesan dengan novel Ditelan Kenyataan yang berhasil ditulisnya, ternyata sudah menyukai dunia tulis-menulis sejak umur 5 tahun. Banyak hal yang bisa ia tulis. Tentang kucing di rumah, burung yang selalu berkicau di pagi hari, gemericik air di belakang rumah, atau apa sajalah yang bisa diindera dan kemudian diterjemahkan ke dalam sebuah tulisan. Asyik-asyik aja tuh.

La Rose dikenal sebagai salah satu penulis wanita yang cukup bagus dengan karya-karya novelnya. Banyak di Indonesia ini penulis fiksi terkenal, selain beliau bisa disebut di antaranya, Remy Silado, Arswendo Atmowiloto, Abdul Muis, Marga T., V. Lestari, Mira W, Ashadi Siregar, juga Piet Senja. Penulis anyar (bahkan banyak juga di antaranya yang masih muda belia) banyak bermunculan dan langsung ngetop. Siapa sih nyang nggak kenal nama Helvy Tiana Rosa? Beliau disebut-sebut sebagai penarik gerbong cerpen dan novel islami. Asma Nadia, sang adik, juga penulis untuk fiksi remaja yang cukup sukses, bahkan mendapat berbagai penghargaan. Afifah Afra Amatullah alias Mulati Yeni, juga termasuk dalam jajaran penulis fiksi top di tanah air. Dan masih banyak lagi yang lainnya.

Kamu masih inget dengan serial Lupus? Nah, Bang Hilman adalah maestro cerita fiksi dengan gaya ngepop. Unsur sastranya diminimalisir. Nyang penting nyambung ke pembaca. Bang Boim Lebon juga tercatat sebagai penulis fiksi yang ngepop, Lupus Kecil yang berhasil dibesutnya juga lumayan bikin seger yang baca. Unik dan menarik. Gola Gong termasuk penulis yang cukup produktif, serialnya di majalah Hai bertitel “Balada Si Roy” lumayan menarik untuk dibaca para remaja. Meski bersetting umum, belum islami. Kini, Gola Gong lumayan menghentak dengan tema-tema yang islami, di antaranya Al Bahri dan Kepada-MU Aku Bersimpuh. Wah, pokoknya kalo mau disebut masih banyak nama-nama lainnya. Sori juga buat mereka yang nggak saya tulis di sini. Pokoknya, salut deh buat teman-teman yang udah berhasil menuangkan gagasannya lewat sebuah cerita yang tidak saja enak dibaca, tapi juga sarat dengan pesan bernuansa Islam. Sekecil apa pun itu, tetep memberi nilai untuk syiar Islam.

Belum lagi cerpenis dan novelis mancanegara. Kamu bisa dapetin tuh nama-nama beken kayak John Grisham, Shidney Sheldon, Agatha Cristhie, Ernest Hemingway, James Clavell’s, dan ratusan nama beken lainnya. Terlepas dari ideologi yang diembannya, mereka telah pandai merangkai kata-kata menjadi kalimat yang mengalir bagai air untuk mengisi plot cerita yang telah dibuatnya. Banyak cerita manusia lahir dari cerpen dan novel ini. Nggak sedikit bahkan novel yang diangkat dari kisah nyata kehidupan manusia.

Sekarang ada sedikit tip untuk menulis fiksi. Bang Eka Budianta dalam bukunya “Menggebrak Dunia Mengarang”, ia menulis saran dari cerpenis Putu Arya Tirtawirya, bahwa resep untuk menulis cerpen yang baik adalah pintar bikin kejutan. Kalimat pertama yang kamu tulis kudu menghentak. Bang Eka juga menyarankan bahwa resep â€کmujarab’ berupa langkah-langkah praktis. Mula-mula belajarlah membuat surat pembaca. Cari kasus yang aneh dan menarik. Kemudian berlatih menulis kisah sejati. Kalau sudah lancar, tambahkan di sana-sini imajinasi kamu. Dan kalo kamu cukup pintar, sarikan semuanya singkat-singkat. Maka jadilah puisi. Jadi cerpen adalah bentuk longgar dari puisi.

Bang Arswendo punya kita dalam menulis fiksi. Paling nggak itu bisa kamu dapatkan dalam bukunya, Mengarang Itu Gampang. Pertama, kamu kudu mengasah realitas imajinasi kamu. Maksudnya, ketika kamu menulis sebuah cerpen atau novel itu nggak lepas dari realitas kehidupan kamu sehari-hari, yang kamu lihat, kamu rasakan, kamu gumuli dan kamu ketahui. Semua itu bisa kamu tuangkan dalam sebuah cerita fiksi. Misalnya bagaimana tatapan mata orang yang sedang marah, bagaimana guratan wajah seseorang yang sedang dirundung malang, atau sebaliknya, ia sdang bahagia, perhatikan juga ekspresi seseorang ketika membela diri, boleh juga menyelami nasib abang becak, pedagang kecil yang selalu dikejar aparat tibum, dan lain sebagainya. Banyak kok. Dan itu bisa kamu rekam setiap hari. Intinya, realitas dalam karangan adalah hasil imajinasi kamu.

Kedua, bisa memanfaatkan ilham. Kadang-kadang, pas kita lagi bengong, suka muncul tuh ide tentang sesuatu. Kamu bisa aja kepikiran tentang nikmatnya jadi orang kaya, pas kamu lagi bengong di dalam bajaj. Jadi, karena ilham itu seringnya datang tiba-tiba, maka kamu kudu belajar untuk menyambutnya. Mesi setiap hari kamu pergi ke sekolah, belum tentu kamu bisa menangkap ilham yang datang. Ketika ada penjual es tua yang selalu mendorong gerobak dagangannya, muncul ide untuk menceritakan tentang kondisi hidupnya. Kalo udah dapet begitu, cepet-cepat datangi beliau. Supaya senang, belilah es barang segelas. Lalu SKSD sedikit, ngobrol ngalor-ngidul tentang kehidupannya, tentang keluaraganya dan tentang cita-citanya. Kalo udah dapet, kamu segera menuliskan ulang dalam cerpenmu pas nyampe di rumah. Mudah bukan? Coba aja ya.

Ketiga, bikin plot. Kamu tahu plot? Itu adalah jalan cerita atau alur cerita. Mutlak kamu buat dong, supaya ide kamu mengalir enak. Istilah sederhana dari plot adalah kerangka karangan. Itu pernah saya tulis di awal buku ini. Plot bisa lembut, bisa juga ledakan, atau malah gabungan dari lembut-ledakan. Plot keras (ledakan) adalah akhir cerita tanpa bisa diduga oleh pembaca. Tiba-tiba gitu lho. Tapi tetep logis. Hampir semua cerpen A. Chekov, pengarang Rusia itu, berakhir dengan plot ledakan. Boleh juga baca cerpen-cerpen Trisnoyuwono yang terkumpul dalam Lelaki dan Mesiu. Surat dengan Sampul Putih karya Arswendo juga penuh dengan plot ledakan. Oya, boleh promosi dikit, Serial Ogi yang saya tulis di majalah Permata juga rata-rata berakhir dengan ledakan, terutama episode Putri Biru, Chatting, Yuk!, Ketika Ogi Ronda, dan Kembang Kertas di Taman Sekolah. He..he.. sori, bukan maksud berbangga diri, tapi sekadar memberi contoh.

Bagaimana dengan plot lembut? Ini memang soal selera ya. Sebab, banyak juga pembaca yang kurang begitu menyukai plot ledakan, jadilah ada istilah lawannya, plot lembut, bahkan mungkin bisikan. Jadi si pengarang menuntun pembaca dengan alur cerita yang terasa mengalir dan kemungkinan sudah tahu jawabannya. Tapi biasanya sebagai penegasan aja dari ceritanya. Kalo gabungan antara keduanya, berarti cerita itu plotnya dua. Dalam perkembangannya, ada juga plot terbuka dan plot tertutup. Terbuka artinya, akhir cerita merangsang pembaca untuk mengembangkan jalan cerita, di samping masalah besar persoalan. Tertutup berarti akhir cerita tidak merangsang pembaca untuk meneruskan jalan cerita. Lebih dititikberatkan pada permasalahan dasar. Tapi kudu diingat bro (baca: brother), kamu kudu lihai juga mengakhiri plot. Cerita berkahir, plot berakhir. Atau berkahir beberapa saat setelah cerita berakhir. Kata Bang Arswendo, mengakhiri plot seperti menginjam rem. Sesaat sebelum berhenti atau mendadak secara bersamaan.

Keempat, penggambaran tokoh. Yang pernah baca Lupus kayaknya apal banget dengan karakter anak itu. Mulai gaya rambutnya yang retro punya (gondrong), suka makan permen karet, dan juga kocak. Selain tokoh Lupus, ada adiknya, Lulu. Digambarkan sebagai anak yang cerewet dan manja tapi katanya baik hati. Bagaimana dengan Boim dan Gusur? Kayaknya Lupus-mania pada ngeh deh. Nah, pengambaran yang oke terhadap tokoh yang kita buat (kalo bisa sedetil-detilnya; bentuk fisik, perilaku, kesukaannya, ekspresinya di setiap kondisi, dana lain sebagainya) akan menghidupkan cerita itu sendiri. Kamu bisa membuatnya dengan memperhatikan kehidupan di sekitarmu, atau baca karya-karya ngetop lainnya. Sebab, pembaca akan dibawa untuk menyelami semua tokoh yang karakternya udah kita gambarkan dengan baik.

Kelima, lokasi tempat. Lokasi di sini artinya ke arah situasi. Jadi, situasi tempat. Nah, kamu kudu juga memasukkan unsur tempat ini supaya pembaca bisa menjangkau fakta cerita yang kita buat. Baik lokasi desa atau lokasi kota metropolitian, kamu kudu bisa menggambarkannya dengan baik. Kalo bisa sedetil mungkin situasi dan suasana di kedua tempat itu. Boleh dibilang inilah yang oleh para penulis disebut juga sebagai latar cerita kita. Bisa memperkaya wawasan pembacanya. Apalagi tempat yang belum pernah dikunjungi oleh kebanyakan pembaca kita. Bisa menarik itu.

Keenam, menggarap tema. Ini termasuk bagian penting lho. sebab, cerpen atau novel yang kita buat temanya kurang menarik, atau malah nggak ada tema sentral sama sekali (apalagi jika nggak bertema sedikitpun he..he..). Itu mah sama dengan menyuruh pembaca untuk segera melempar tulisan kita. Uppss.. kejam amat ya?

Oke deh, sekarang mulailah menulis dengan panduan dari beberapa tip tadi. Nggak ada salahnya kamu juga terus mengeksplorasi segala yang kamu bisa ketahui. Bener-bener menyenangkan menulis itu. Pengalaman saya dalam menulis cerpen, biasanya tema yang saya angkat adalah dari peristiwa sehari-hari dalam kehidupan. Banyak hal yang menarik. Nggak perlu yang susah-susah. Msalnya aja bisa cerita tentang kejadian subuh di pesantren, santri yang pelupa, pak ustadz yang sedang gantuk saat ngajar para santri. Di sekolah juga banyak peristiwa yang bisa diangkat untuk cerita fiksi. Murid yang bandel, guru yang galak, kepsek yang baik hati dan sebagainya, lengkap dengan kreasi imajinasi yang kamu buat. Mudah kan? Cobalah…

Oke deh kalo kamu memang ngebet ingin jadi penulis fiksi, seringlah mengasah imajinasi kamu. Bahkan semua pengarang seperti ingin berlomba mencipta bahasa baru untuk memberikan kesegaran kepada pembacanya, selain tentunya mengasah kepekaan kita dalam mengolah kata-kata. Siapa mau jadi pengarang? Sekarang kamu bisa langsung angkat tangan, “Saya Pak..!” [O. Solihin]

Menulis Berita, Gimana Sih?

newspaper.pngKamu mau jadi wartawan? Hmm… siap-siaplah melaporkan suatu peristiwa dalam sebuah tulisan. Nah, berita yang baik dan efektif adalah irit dalam gerak. Nggak bertele-tele. Juga tangkas dalam kejutan. Udah gitu, simple dan elok lagi. Itu sebabnya, kalo kamu baca tulisan-tulisan bernuansa berita enak banget dibacanya. Kita langsung nyambung dengan apa yang diinginkan si penulis berita. Cepat alurnya. Beda banget dengan tulisan fiksi yang, memang kelihatannya, kudu memainkan kata-kata dengan bertabur kiasan dan pilihan kata yang membuat pembacanya larut dalam nuansa sastra.

Oke deh, saya kasih tip sedikit tentang menulis berita. Ini saya buat sesuai dengan teori yang selama ini saya ketahui dan praktik yang memang telah saya lakukan. Sudah mantap pengen jadi wartawan? Bagus! Tapi jangan salah, kamu kudu punya â€کpegangan’ supaya tulisan beritamu oke punya. Paling nggak kamu kudu mengetahui beberapa hal, di antaranya:

  1. Informasi. Yup, informasi, bukan bahasa. Informasi adalah batu-bata penyusun berita yang yang efektif. Tanpa informasi, walah jangan harap kamu bisa menulis berita itu dengan baik. Jangankan nggak punya informasi, informasinya nggak lengkap saja bakalan kewalahan bikin beritanya. Pokoknya, ada yang ganjal saja, karena tulisan jadi kurang menggigit. “Prosa adalah arsitektur, bukan dekorasi interior,” kata Ernest Hemingway. Untuk bisa menulis prosa yang efektif, pertama kali kamu kudu mengumpulkan kepingan informasi serta detil konkret yang spesifik dan akurat. Oke, kalo mau jadi wartawan, biasakan getol nyari berita. Jangan tanggung-tanggung, gali terus informasi sebaik-baiknya dan sebanyak-banyaknya. Oke? (tip khusus tentang ini, kamu bisa tengok lagi pada bab tentang “Jadi Peneliti Kecil-kecilan”).
  2. Siginifikansi. Maksudnya, berita kudu memiliki informasi penting; yakni memberi dampak pada pembaca. Misalnya aja, penulisnya mengingatkan pembaca kepada sesuatu yang mengancam kehidupan mereka. Contohnya? Menulis tentang kesehatan seperti tentang kasus SARS yang kian menggila belakangan ini, juga tentang kemakmuran dan kesadaran mereka akan nilai-nilai. Misalnya nilai ajaran agama. Sebagai wartawan, kamu kudu memberikan infromasi yang ingin dan penting diketahui pembaca. Nah, supaya oke, kamu kudu meletakkan informasi itu dalam sebuah sudut pandang yang berdimensi; mengisahkan apa yang telah, sedang dan akan terjadi. Kalo kamu menulis berita tentang bahaya narkoba, maka bisa ditulis berita tentang korban narkoba di masa lalu, saat ini, dan bahaya yang mengancam jika masalah narkoba nggak selesai. Kira-kira begitu deh.
  3. Fokus. Betul, kegagalan seorang penulis berita adalah ketika menyampaikan berita secara sporadis, alias semrawut. Nggak fokus. Berita yang sukses dan oke biasnya justru pendek, terbatasi secara tegas dan sangat fokus. “Less is more,” kata Hemingway. Oke banget kan? Itu sebabnya, tulisan yang ringkas memberi kesan tangkas dan penuh vitalitas, tanpa kata yang tak perlu dalam kalimatnya dan tanpa kalimat yang tak perlu dalam paragrafnya.

Tulisan yang ringkas nggak ubahnya sebuah lukisan yang tegas (tanpa garis yang tak perlu) atau mesin yang efektif (tanpa suku cadang yang nggak berfungsi). Semua tulisan itu layak en sayang banget kalo dilewatkan dalam membacanya. Jadi, luruskan apa saja yang berliku-liku. Gergaji deh apa yang terasa bergerigi. Berperanglah melawan kekaburan, sebab pernyataan yang abstrak adalah racun maut bagi seorang penulis. Hati-hati yo… Jadi, tulisan yang baik hanya mengatakan satu hal. Mereka mengisahkan seorang serdadu atau seorang korban, bukan pertempuran. “Don’t were about Man, write about a man,” kata Elwyn Brooks White, seorang humoris Amrik. Untuk membantu kamu memahami ini, silakan silakan baca kembali tentang bab “Hemat Kata”, dan “Kerangka Karangan”. Oke?

  1. Konteks. Walah, apa pula ini maksudnya? Tenang sobat, kamu lagi belajar tentang konseo menulis berita yang oke. Begini. Tulisan yang efektif mampu meletakkan informasi pada perspektif yang tepat sehingga pembaca tahu dari mana kisah berawal dan ke mana mengalir, serta seberapa jauh dampaknya. Sobat muda muslim, tugas seorang penulis adalah membuat sesuatu informasi yang dikumpulkan dan dilaporkan menjadi jelas bagi pembaca. Ketidakmampuan menekankan kejelasan adalah kegagalan seorang penulis. Bagian-bagian yang rumit pecahlah dalam serpihan yang mudah dicerna. Gunakan contoh: seseorang untuk mewakili sebuah kelompok atau penduduk desa. Sebuah contoh seringkali menghadirkan suasana secara dramatis dan hidup. “Kematian 10000 ribu orang adalah statistik, tapi kematian satu orang adalah tragedi,” kata Josep Stalin.

Jadi gambarkan sebuah topik melalui ungkapan yang mudah dipahami pembaca.

Misalnya kalo kamu akan menuliskan tentang strategi militer, bisa kamu gambarkan tentang pertandingan sepakbola. Rencana keuangan perusahaan dapat digambarkan melalui rencana anggaran OSIS, misalnya. Pokoknya sesederhana mungkin, yang tujuannya adalah untuk memudahkan pembaca memahami tulisan kita.

  1. Wajah. Di dunia jurnalistik berkembang â€کpameo’, seorang fotografer tahu bahwa gambar yang tidak menyertakan unsur kehidupan (manusia dan binatang) hanya akan berakhir di keranjang sampah. Nah, begitu pula dengan tulisan. Jurnalisme itu menyajikan gagasan dan peristiwa; tren sosial, penemuan ilmiah, opini hukum, perkembangan ekonomi, krisis internasional, tragedi kemanusiaan, dinamika agama, dsb. Tulisan yang disajikan itu berupaya mengenalkan pembaca kepada orang-orang yang menciptakan gagasan dan menggerakkan peristiwa. Atau menghadirkan orang-orang yang terpengaruh oleh gagasan dan peristiwa itu. Inilah yang saya maksud tulisan jusrnalistik itu harus â€کberwajah’.

Tulisan akan efektif banget jika kamu mampu ngambil jarak dan membiarkan

pembacanya bertemu, berkenalan serta mendengar sendiri gagasan/informasi/perasaan dari manusia-manusia di dalamnya, “Don’t say the old lady screamed-bring her on and let her scream,” kata Mark Twain, seorang jurnalis dan noveli pengarang The Adventure of Tom Sawyer.

Sobat muda muslim, yakinlah bahwa manusia itu suka membaca tulisan tentang manusia lainnya. Bahkan kalo nggak ada unsur manusia, misalnya kita berbicara tentang mesin, kita kadang-kadang kudu membuat personifikasi, alias perumpamaan. Ya, kalo kamu nyimak iklan di televisi belakangan ini tentang minyak pelumas, iklannya merasa kudu pake David Beckham. Ujungnya, “Kalo pengen lari secepet Beckham, pakailah…. (nama sebuah minya pelumas)” Ya, itulah manusia. Kamu kudu ngeh, oke?

  1. Lokasi/Tempat. Sobat muda, pembaca menyukai banget “sense of place”. Kamu bisa membuat tulisan jadi lebih hidup jika menyusupkan “sense of place”. Bener lho. Misalnya aja kamu tulisan seperti apa lokasi tempat terjadinya pembunuhan, bagaimana suasana di balik panggung pertunjukkan, bisa juga kamu gambarkan tentang suasana jalannya pertandingan sepakbola yang menegangkan saat kedua klub itu bermain hidup-mati untuk mengejar gelar juara atau menghindari jurang degdradasi. Seru deh.

Misalnya aja terjadi sebuah kecelakaan mobil yang masuk jurang. Kamu bisa

menuliskannya dengan detil, seperti berapa kedalaman jurang, di sana ada air atau Cuma batu-batu besar eksplor terus biar terkesan dramatis. Kamera televisi itu bisa menampilkan pemandangan yang sesungguhnya, dalam warna dan detil. Nah, penulis tentu agak kesulitan untuk menggambrkan itu. Maka, ia harus bekerja keras untuk bisa melukiskan tempat itu di pikiran pembaca. Karena, adakalanya tempat kejadian itu nggak pernah diketahui sebelumnya oleh beberapa pembaca. Intinya, kita berupaya untuk menyentuh indera pembaca. Membuat mereka melihat cerita dalam detil visual yang kuat–dan juga dalam konteks yang tepat–membuat mereka mendengar, meraba, merasakan, membaui, dan mengalaminya. Kamu pasti bisa membuatnya. Coba yaa..

  1. Suara. Sobat, kita nggak boleh lupam, bahkan dalam abad komunikasi massa seperti sekarang, kegiatan membaca tetap saja bersifat pribadi; yakni seorang penulis bertutur kepada seorang pembaca. Tulisan akan mudah diingat jika mampu menciptakan ilusi bahwa seorang penulis tengah bertutur kepada seorang pembacanya. Jadi, gunakan kalimat aktif. Bila perlu berbau percakapan.

Media massa cetak yang baik tak ubahnya seperti pendongeng yang memukau.

Bukan pendongeng yang gagap. Nah, kata kerja adalah mesin pendorong sebauh cerita. Itu sebabnya, gunakan kata kerja aktif ketimbang yang pasif. Penulis berita â€کwajib’ merasa gagal saat menggunakan kata sifat, ketika tak bisa menemukan kata kerja yang benar atau kata benda yang benar. Ya, intinya, tulisan itu kudu enjoy untuk dibaca.

Penulis yang baik juga mampu menghadirkan warna suara yang konsisten ke selruuh cerita, tapi menganekaragmkan volume dan ritme untuk memberi suara tekanan pada makna (dengan memberikan variasi pada panjang-pendek alinea, kalimat dan kata). Oke deh, gampangnya kamu bisa membaca berita di koran-koran or majalah-majalah. Rasakan sendiri bedanya. Oke?

  1. Anekdot dan Kutipan. Kamu perlu paham bahwa anekdot, sebuah kutipan, sebuah dialog pendek, atau sebuah deskripsi dapat mengubah irama di mana pembaca bisa terikat sepanjang cerita dan membuat tulisan itu lebih hidup. Untuk menggambarkan istilah ini, ibarat pertandingan sepakbola. Kalo ada playmaker yang handal dalam tim itu, ia pandai mengatur irama permainan, kapan menyerang, kapan bertahan, kapang juga menekan dengan umpan-umpan pendek dari kaki ke kaki, atau bisa juga menyusun serangan dari sayap. Pokoknya, membuat permainan enak ditonton.

Anekdot adalah sebuah kepingan kisah singkat antara satu hingga lima alinea-

“cerita dalam cerita”. Anekdot umumnya menggunakan seluruh teknik dasar penulisan fiksi; narasi, karakterisasi, dialog, suasana. Semua itu dibuat dengan tujuan untuk mengajak pembaca melihat cerita dalam detil visual yang kuat. Kata orang-orang sih, anekdot sering dianggap sebagai â€کpermata’ dalam cerita.

Kutipan dalam tulisan berita memberikan otoritas. Siapa yang mengatakannya? Seberapa dekat keterlibatannya dengan suatu peristiwa dan masalah? Apakah kata-katanya patut didengar? Kutipan juga memberikan vitalitas karena membiarkan pembaca mendegar suara lain selain si penulis. Oya, kamu kudu hati-hati untuk tidak terlalu banyak mengutip atau terlalu sedikit mengutip. Ya, yang sedang-sedang saja. Iya dong, kalo kebanyakan mengutip, kapan kamu nulisnya? Atau terlalu sedikit, malah banak pendapat kamu nati di situ. Padahal, berita itu kan harus objektif. Katanya sih begitu. Meski fakta yang berkembang saat ini tentang berita jadi suka bias. Bahkan kesannya udah ditempeli dengan opini si penulis berita. Istilah kerennya, berita sekarang adalah “realitas tangan kedua”, alias udah disaring sesuai dengan keingian si penulis atau visi media tersebut.

Oke deh, ini sekadar sekilas tip. Menulis berita juga adalah komoditi dari menulis itu sendiri. Itu sebabnya, kamu bisa menggabungkan seluruh tip yang pernah kamu pelajari dan menggabungkannya dengan tip khusus menulis berita itu. Oke deh, udah sekarang udah siap kan jadi wartawan. Ya, minimal jadi wartawan cilik. He…he..he.. tetap semangat sobat![O. Solihin]

Ngomongin Motivasi dan Mood

calvin-bad-mood.gifKamu masih memiliki motivasi untuk menjadi penulis? Syukurlah. Itu artinya kamu masih punya modal. Masih semangat juga kan? Oke, itu sudah cukup sebagai trigger (pemicu) untuk merintis jalan menjadi penulis. Kerja keras yang gigih akan memunculkan keseriusan.

Banyak penulis beken dan handal saat ini yang berangkat dari bawah. Mereka dengan semangat tinggi akhirnya berhasil meraih prestasi yang bagus dalam menulis. Seperti JK Rowling, Rosihan Anwar, Emha Ainun Nadjib dll.

Saya punya pengalaman menarik soal ini. Memang sih, keseriusan saya kepada dunia tulis-menulis munculnya boleh dibilang telat banget. Gimana nggak, seumuran SMU baru muncul dan tumbuh berkembang. Telat memang, bila dibandingkan banyak penulis lainnya yang udah malang-melintang di dunia menulis sejak mereka di sekolah dasar. Waktu sekolah di SD, saya cuma seneng baca. Koran bekas bungkus makanan saja saya baca. Lumayan dapat wawasan sedikit. Kecintaan saya kepada dunia penulisan, itu pun dengan setitik cinta saja, baru tumbuh kelas 2 SMP. Lucunya, itu hanya sebatas puisi dan menulis surat saja. Gara-garanya saya sering dengerin lagu-lagunya Bang Ebiet G. Ade. Waktu itu, saya kepikiran enak kali ya bisa merangkai kata-kata indah dalam sebuah puisi.

Celakanya, itu tetep nggak saya geluti dengan penuh keseriusan. Maklum, motivasinya kan belum tumbuh. Inilah jadinya kalo nggak diasah. Waktu saya sekolah di SMAKBo, kebiasaan menulis surat dan menulis puisi kebawa juga ke Bogor. Di sini pula saya terlatih untuk membuat surat kepada ortu. Tujuan mulianya adalah meminta uang untuk biaya sekolah. Tentu, sebagai anak yang baik (cieeee…), saya tidak tembak langsung kepada sasaran, tapi saya tanya ini dan itu. Bahkan mungkin kesannya basa-basi banget. Tapi lama-kelamaan kebiasaan menulis surat itu menjadi hobi tersendiri. Sampai saat itu saya tetap belum memiliki motivasi utuk menjadi penulis. Nggak ada sedikit pun. Nol potol kata wong Suroboyo mah. J

Saya mulai sadar dengan keterampilan saya dalam merangkai kalimat adalah ketika mengerjakan tugas mata pelajaran PSPB di sekolah berupa karya tulis singkat. Kalo nggak salah waktu itu cukup 2 halaman kertas ukuran folio. Nah, mau nggak mau kan saya mengerjakan itu. Saya cuma modal semangat, apa saja yang ada dalam pikiran, saya tulis langsung di kertas itu. Rupanya mulai tumbuh kecintaan dan keseriusan saya dalam dunia penulisan. Puncaknya adalah motivasi seorang teman selepas acara pengajian. Menjelang tengah malam saya dan dia masih bangun. Terus tiba-tiba dia nyeletuk, “Kalo pengen bisa nulis, mulailah dengan menulis. Apa pun yang ada di benak kamu tuliskan saja. Kalo nanti hasilnya salah atau janggal, kan bisa diperbaiki.” Gebray! Serasa dapet cahaya terang bernderang. Sejak saat itu, saya kuatkan tekad bahwa saya harus bisa menjadi penulis.

Apa yang bisa saya lakukan waktu itu? Terus mempertahankan api semangat yang menyala dalam diri saya, bahwa saya harus bisa menjadi nulis dengan baik. Saya jadi menyediakan waktu khusus untuk baca buku-buku apa saja. Kunjungan ke toko buku jadi rutin. Waktu itu saya belum punya mesin tik, apalagi komputer. Saya cuma punya motivasi dan semangat. Itu saja. Itu sebabnya, kertas kosong selalu jadi sarana saya untuk menumpahkan segala perasaan saya menjadi sebuah tulisan. Kebetulan waktu kelas tiga SMAKBo seluruh siswa mendapatkan pelajaran komputer. Beda dengan ketika kelas dua yang cuma belajar DOS, saat itu muali belajar program pengolah kata, WS5. masih inget sampe sekarang. Tapi sayang tempay kursusnya udah bangkrut. Padahal lumayan untuk mengenang. Gimana nggak, di saat ada komputer nganggur saya langsung minta ijin untuk memakainya. Saat itulah kesempatan saya untuk menyalin tulisan dari coretan di kertas ke dalam komputer. Ngetiknya hebat lagi, “11 jari”! he..he..he.. iya, yang aktif cuma dua jari telunjuk aja. (backsound: kasihan deh gue..)

Sobat muda muslim, Sejak saat itu saya terus termotivasi dan merasa tertantang untuk bisa menulis dengan baik. Saya baca koran, majalah, dan tabloid. Saya pelajari bagaimana orang lain bisa menulis dengan bagus. Saya koleksi buku-buku menulis seadanya. Karena terus terang saya nggak belajar secara khusus dalam pendidikan formal tentang pelajaran menulis. Semua saya dapatkan dari pengalaman saja. Belajar sendiri. Dalam kegiatan sehari-hari saya sering mengoleksi beragam data, siapa tahu nanti terpakai. Artikel menarik di koran saya kliping. Kalo ada informasi amsi di televisi atau radio langsung saya catet. Kebetulan suka bawa-bawa catatan kecil dan pulpen. Diam-diam aja saya tulis. Saya kelompokan data tersebut berdasarkan jenisnya; politik, sosial, ekonomi, budaya, agama dsb.

Terus saya lakukan sampe lulus sekolah sekalipun. Sampe akhirnya saya menemukan sebuah jalan untuk mengembagkan harapan saya dalam menulis. Saya gabung dengan majalah Permata akhir tahun 1995. Sampe sekarang, alhamdulillah saya bisa menulis. Sedikit lebih cepat, sedikit lebih sering, sedikit lebih mudah, dan masih banyak yang harus saya pelajari dan kembangkan lagi. Sobat, ini sekadar berbagi pengalaman. Tapi intinya, jika motivasimu sangat kuat dalam suatu bidang, katakanlah ingin bisa menulis, maka teruslah pelihara dengan makin banyak baca, bergaul dengan mereka yang bergelut di bidang itu, dan terus mengembangkan diri.

Ngomong-ngomong soal mood, bagaimana cara menumbuhkan dan mempertahankannya? Emang sih, kadang kita suka bete van bosen. Ada saja masa-masa di mana kita jenuh banget. Males ngapa-ngapain. Apalagi disuruh nulis. Watau, ambruk deh. Saua punya tip, barangkali bisa dicoba sama kamu.

Kalo saya lagi bete, pasti hilang deh mood utuk nulis. Gimana mengembalikannya? Kalo udah mentok banget biasanya saya rileks dulu. Ngasuh anak, atau sekadar refreshing di depan komputer (baca: main gim). Itu sering saya lakukan. Tapi main gimnya jangan kebanyakan. Bisa berabe juga lho. Nah, kalo udah selesai main kan biasanay rileks. Saat itulah saya sering dapet ide untuk segera menulis. Sobat, supaya nggak kehilangan mood, saya biasanya kalo dapat ide langsung dicatat atau dituliskan di komputer. Dan perlu diketahui bahwa ide bisa muncul di mana saja. Itu sebabnya kita kudu siap menyambutnya.

Banyak baca, biasanya juga akan mempertahankan mood atau setidaknya ada saja bahan yang masuk ke otak, siapa tahu kan itu malah jadi bahan tulisan. Tul nggak? Maka, saya ngasih saran supaya mood tetap terjaga kamu kudu sering bergaul dengan teman-teman yang hobi menulis atau yang hobi baca. Itu akan membantu dalam mempertahankan mood. Saya sering merasakannya kok. Kat Pak Faudzil Adhim, jangan nunggu mood datang, tapi justru harus kita sendiri yang menciptakan mood tersebut. Bila demikian, mood emang jadi nggak pernah padam, karena memang kitalah yang mengaturnya.

Oke deh, tancapkan kuat-kuat motivasi dalam dirimu untuk bisa menulis, dan pertahankan mood agar pembaca tetep menyala dalam dirimu. Sebab, bila motivasi untuk bisa menulis atau menjadi penulis kurang, atau malah nggak ada, sebaiknya urungkan saja cita-citamu ujtuk jadi penulis. Teori yang saya paparkan sebanyak itu, nggak akan ada gunanya jika motivasimu untuk menulis payah banget. Yup, semuanya memang berangkat dari motivasi. Kalo motivasi udah kuat, ritangan or halangan sebesar apa pun insya Allah bisa diatasi. Ayo kamu bisa menjadi penulis! Go.. menulis Go! Dan tentunya: Tetep semangat! [O. Solihin]

Gembira Sambut Ramadhan

Ramadhan yang dinanti-nanti akhirnya datang juga. Bulan yang dirindukan oleh orang-orang yang beriman ini hadir dan pantas banget kalo menyambutnya dengan penuh gembira. Bukan dengan nyundut petasan-apalagi ngelempar bom molotov ke tiap rumah-tapi kita sambut dengan doa-doa, berharap kita bisa full mengisinya dengan amalan shalih. Kita sambut dengan hati yang ikhlas dan penuh sanjungan kepada Allah Swt. yang Maha Memberi. Soalnya, kita udah dikasih nikmat bisa sampe ke bulan yang mulia dan penuh barokah ini.

Bro en Sis, di antara keutamaan bulan Ramadhan adalah seperti yang dijelaskan dalam riwayat Bukhari dari Abu Hurairah ra berkata: berkata Rasulullah saw.: “Ketika telah masuk bulan Ramadhan maka dibuka pintu-pintu langit, dan ditutup pintu-pintu neraka jahannam, dan dibelenggu semua syaithan.” Dalam Riwayat Bukhari yang lain; “ketika telah tiba bulan Ramadhan maka di bukakan pinti-pintu surga.”

Subhanallah, betapa mulianya bulan ini, Bro. Kalo boleh mengumpamakan, Allah Swt. di bulan Ramadhan ini ngasih semacam BIG SALE pahala. Banyak bonus-bonus amalan shalih yang kita lakukan bakalan dilipat-gandakan oleh Allah Swt. Luar biasa!

Ah, jadi inget khutbah Rasulullah saw. di akhir bulan Sya’ban untuk menyambut Ramadhan. Di antara penggalan khutbahnya:“Wahai manusia! Sungguh telah datang pada kalian bulan Allah dengan membawa berkah rahmat dan maghfirah. Bulan yang paling mulia di sisi Allah. Hari-harinya adalah hari-hari yang paling utama. Malam-malamnya adalah malam-malam yang paling utama. Jam demi jamnya adalah jam-jam yang paling utama. Inilah bulan ketika kamu diundang menjadi tamu Allah dan dimuliakan olehNya. Di bulan ini nafas-nafasmu menjadi tasbih, tidurmu ibadah, amal-amalmu diterima dan doa-doamu diijabah. Bermohonlah kepada Allah Rabbmu dengan niat yang tulus dan hati yang suci agar Allah membimbingmu untuk melakukan shiyam dan membaca KitabNya. Celakalah orang yang tidak mendapat ampunan Allah di bulan yang agung ini.” Catet tuh, Bro!

Jangan sia-siakan puasamu

Kayaknya kamu semua udah pada tahu dong kalo puasa Ramadhan itu wajib hukumnya. Kalo ada yang belum tahu, waduh kasihan banget tuh. Tapi insya Allah semuanya udah paham ya? Sebab Allah Swt. berfirman:

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa, (QS al-Baqarah [2]: 183)

Nah, ngomongin soal puasa, sepertinya semua orang udah ngeh bahwa yang namanya puasa itu adalah aktivitas fisik kita. Kudu kuat nahan lapar dan haus dari mulai shubuh sampe waktu maghrib. Selama kurang lebih 12 jam organ tubuh tertentu kita di-off-kan dari aktivitas mengolah makanan. Kalo hari biasa mulut kita nggak henti-hentinya ngegares makanan, di bulan Ramadhan pere dulu di siang hari. Sekaligus memberi kesempatan kepada lambung kita untuk ?istirahat’.

Insya Allah deh, kalo aktivitas nahan lapar dan nahan haus hampir bisa dilakukan setiap orang, termasuk anak kecil sekalipun. Bener, wong mahasiswa yang demo, ada juga lho yang nekat “mogok makan”. Itu artinya secara fisik bisa kuat. Anak kecil aja, banyak yang udah mulai ikutan puasa. Malah hari biasa aja mereka bisa tahan untuk tidak makan kalo udah asyik dengan teman mainnya. Apalagi kalo udah lengket dengan video gim, dijamin bisa lupa segalanya. Jangan heran kalo ortu kamu misuh-misuh kesel karena adikmu ogah makan. Karena pikiran adikmu (atau malah kamu juga? He..he..) tertuju kepada level demi level, lengkap dengan ketegangan yang ada dalam permainan di video gim itu. Jadi intinya, secara fisik banyak di antara kita yang sanggup menahan rasa lapar dan haus. Kuat deh. Apalagi cuma seharian.

Tapi jangan salah lho, puasa juga sebetulnya bisa dijadikan sarana untuk menambah kuantitas amal kita, sekaligus memperbaiki kualitas amal kita. Jadi, kalo kamu kuat nahan lapar, belum tentu juga kuat nahan godaan hawa nafsu kamu untuk ngomongin orang, untuk ngejailin orang, dan untuk berbuat maksiat lainnya. Insya Allah kita percaya deh sama kamu kalo kamu bisa menahan mulut kamu untuk tidak makan dan minum selama puasa, tapi kita khawatir kalo mulut kamu juga bisa puasa dari ghibah dan berbohong.

Emang sih, puasa kamu kagak batal kalo berbohong, tapi itu bisa mengurangi pahala puasa kamu. Sayang kan, udah capek-cepak, eh, cuma dapet lapar dan dahaga aja. Rasulullah saw. bersabda: “Betapa banyak orang yang berpuasa, tapi mereka tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya itu kecuali lapar dan dahaga” (HR Ahmad)

Jadi sayang banget kalo puasa fisik nggak dibarengi juga dengan ?puasa’ dari perbuatan yang maksiat. Sungguh rugi pula kalo berlalu begitu saja tanpa ada aktivitas amal shaleh yang kita lakukan. Sebab, saat Ramadhan Allah memberikan “bonus” yang besar dalam ibadah.

Jadi, jangan sia-siakan deh puasamu. Sayang banget. Apalagi belum tentu tahun depan kita ketemu lagi Ramadhan. Yuk, kita manfaatkan kesempatan ini. Jangan sampe lepas begitu saja. Puasa fisik wajib, tapi menjaga agar puasa ini nggak sia-sia juga wajib. Mulai sekarang, kita isi Ramadhan dengan kegiatan yang bernilai pahala di sisi Allah. Setuju kan? Siap…siap, siap..siap. Gitu dong!

Nahan lapar, nahan nafsu

Nahan lapar insya Allah banyak yang kuat. Tapi, ternyata banyak yang gagal dalam menahan hawa nafsu. Bener lho. Udah banyak faktanya. Sekadar contoh, mulutnya emang puasa dari makan dan minum, tapi nggak puasa dari ngomongin kejelekan orang lain. Nah lho? Puasanya emang nggak batal, tapi pahalanya bisa berkurang karena ngomongin kejelekan orang alias ghibah atawa ngegosip. Arghhh..

Rasulullah saw. bersabda: “Betapa banyak orang yang berpuasa, tapi mereka tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya itu kecuali lapar dan dahaga” (HR Ahmad)

Sobat muda muslim, ada beberapa hal yang kayaknya perlu diperhatikan lagi dalam aktivitas puasa Ramadhan. Paling nggak, ini sebagai rambu-rambu supaya kita selamat dalam perjalanan mengarungi Ramadhan ini. Nah, dalam urusan menahan lapar dan nafsu ini bisa disiasati dengan beragam aktivitas yang bisa menjaga puasa kita. Di antaranya adalah:

Pertama, jaga kondisi tubuh. Caranya? Olah raga adalah alternatif paling murah. Istirahat cukup. Tapi jangan? kebanyakan lho. Mentang-mentang kalo puasa tidur juga ibadah, seharian tidur melulu. Ih, malu dong, masa udah jenggotan en bau tanah masih kayak anak kecil aja. Menjaga kondisi tubuh tentu tujuannya agar kita bisa sukses menjalani puasa tanpa kudu ada yang bolong-bolong. Emang sih, kalo sakit bisa diganti di hari lain di luar Ramadhan, tapi alangkah nikmatnya bila kita full puasa selama sebulan penuh (kecuali anak putri, yang kayaknya mesti nggak penuh puasanya, alasannya tahu sendiri kan?)

Kedua, banyakkin aktivitas amal sholeh. Well, bukannya kalo banyak aktivitas malah capek, Mas? Begini sobat, aktivitas di sini adalah yang berkaitan dengan pelaksanaan amal baik kita; seperti getol tarawih berjamaah di masjid, tadarus al-Quran, bikin atau ikut acara sanlat, menghadiri kuliah shubuh, ceramah Ramadhan, seminar tentang kajian Islam. Wis, pokoke, banyak aktivitas yang kudu kita jalani. Dan pastikan, niatnya adalah dalam rangka mencari pahala. Jadi, pahala kita dari kegiatan lain bertambah dan puasa kita juga selamat karena banyak aktivitas yang bermanfaat.

Ketiga, hindari perbuatan maksiat, baik yang terang-terangan maupun tersembunyi. Suer, ini dia yang rada susah. Terus terang aja, untuk urusan nahan lapar, insya Allah kita kuat. Tapi bila harus nahan godaan hawa nafsu, kayaknya bagi sebagian teman remaja ada yang kesulitan. Tapi bukan berarti tanpa bisa diselesaikan lho. Insya Allah asal berusaha bisa.

Tapi, ya namanya juga manusia, tempatnya lupa dan salah. Adakalanya kita tanpa terasa atau bahkan sengaja berbuat maksiat. Biasanya nih, tanpa terasa-bisa juga karena ketidaktahuan kita-suka mencampur-adukan antara yang hak dan yang bathil. Pergi ke masjid sih emang getol, tapi pas yang lain khusyu sholat, eh doi malah asyik-masyuk ama gebetannya. Oya, bukan hanya malam hari lho remaja yang melakukan maksiat secara “terselubung”, acara jalan-jalan selesai shalat shubuh pun jadi alternatif aktivitas yang bisa nyerempet-nyerempet dosa. Kayaknya udah pada mafhum deh, kalo banyak remaja yang jjs campur-baur antara yang laki dan perempuan. Aduh, bisa-bisa menguap deh pahala puasa kita. Bener lho, mungkin sebagian di antara kamu nggak merasa kalo itu adalah peluang untuk berbuat dosa. Bayangin, kalo setiap hari sepanjang Ramadhan kita berbuat begitu, bisa-bisa puasa kita cuma dapat lapar dan dahaga saja. Naudzubillah min dzalik.

Oya, jangan salah lho, saat puasa kita juga terlarang untuk ngomongin yang jorok, keji, atau tercela. Kenapa? Bisa ngurangi pahala puasa kita, sayang. Kalo ada teman kamu yang nekat ngajakin kamu untuk ngegosip, berkata kotor, jorok dan keji misalnya, kamu jangan tergoda. Malah harusnya kamu nasihatin aja. Terus bilang bahwa kamu sedang puasa. Dan seharusnya saat kamu ngomong begitu doi paham, bahwa bila sedang puasa nggak boleh (terlarang) untuk melakukan itu. Abu Hurairah mengatakan, bahwa Nabi saw. bersabda:

Apabila seseorang dari kamu sedang berpuasa pada suatu hari, janganlah berbicara tentang perkara yang keji dan kotor. Apabila dia dicaci maki atau diajak berkelahi oleh seseorang, hendaklah dia berkata: Sesungguhnya hari ini aku berpuasa, sesungguhnya hari ini aku berpuasa (HR Bukhari Muslim)

Keempat, hilangkan aktivitas yang miskin manfaat bagi puasa kita. Main gim seharian? Inget lho, meski aktivitas itu tergolong mubah alias boleh-boleh saja dilakukan, tapi kalo seharian gimana urusannya? Kawan, puasa bukan berarti menghambat aktivitas kita yang lain. Sehingga pengennya di rumah aja. Itu nggak bener, dan yang pasti bisa bikin Ramadhan nggak bermakna. Meski tujuan main gim atau main ludo, halma, monopoli, ular tangga, karambol, bakar petasan, dan jenis mainan lainnya adalah untuk menghilangkan kejenuhan, tapi bukan berarti seharian penuh dan setiap hari selama Ramadhan kita begitu. Wah, bisa-bisa Ramadhan nggak ada bedanya dengan bulan yang lain. Nggak nikmat dan nggak bermakna. Jangan sia-siakan “bulan bonus” dari Allah ini, kawan.

Yuk, sambut gembira dan siapkan diri untuk mengisinya dengan amal shalih. Oke?

Sumber: gaulislam